Baru saja menyapa pagi dari mendungnya langit Jakarta. Setelah semalaman bergelut dengan kepesimisan akan impian,huufh........
dan tersadar akhirnya kalau semua yang terjadi bukan cuma kehendak pribadi, tapi ada tangan yang lebih besar lagi ikut mencampuri.
Tergantung cara pandang dan keyakinan seseorang tentang kehidupan, juga seberapa banyak kekecewaan yang pernah dia dapatkan.
Sekaligus juga suatu pilihan akan jawaban, mau yang yakin tiap impian itu datang dengan kemampuan atau yakin impian hanya sekedar sumber penderitaan karena kondisi yang ada sekarang nampaknya tidak mengizinkan kita untuk sedikit menyisakan ruang dikepala tentang mimpi dan harapan.
Saya pilih yang pertama sekalipun masih ada sedikit kesangsian akan kesanggupan diri meraihnya, cuman sekali lagi ini bukan cuma tentang saya tapi juga tentang tangan yang lebih besar -yang saya sebut sebelumnya-.
Saya memilih untuk mempercayakan mimpi dan harapan kepadaNya saja sambil berusaha.
Berdoa dan bekerja, sepertinya itu yang akan saya kerjakan dihari-hari kedepan hingga satu persatu mimpi tergenggam.
Semoga Tuhan mendengar.
No comments:
Post a Comment